Hidup adalah rangkaian pencarian jati diri tapi terlebih lagi adalah rangkaian pencarian jalan terang kembali kepada Yang Maha Pencipta
Sunday, September 8, 2019
Tuesday, September 3, 2019
Akar Kejahatan
https://twitter.com/GlHindu/status/1168728226102829056
Dewi Sukesi mengandung anak Wisrawa, Rsi agung yg mencuri cinta anaknya, Prabu Danareja dari negeri Lokapala. Rsi Wisrawa sejatinya ke Alengka bertamu ke istana Prabu Somali, sahabat lamanya dikala muda, untuk meminang Dewi Sukesi demi anaknya semata.
Tetapi sang Rsi terhanyut oleh keinginan Dewi Sukesi akan keillahian yang bukan miliknya, sehingga mereka berdua terjerumus kedalam dosa. Dosa itulah yang ada dalam kandungan Dewi Sukesi, yang kemudian lahir dalam bentuk darah, kuku dan daun telinga.
Darah itu tumbuh mjd Rahwana yang jahat, kuku menjelma mjd Sarpakanaka yang penuh nafsu, dan daun telinga mjd Kumbakarna yang selalu tidur. Kelak, ketika Sukesi & Wisrawa menyesali dosa2nya dan kembali pd kebajikan, mereka melahirkan seorang anak yang bijak dan tampan, Wibisana.
Disaat yang hampir bersamaan, di negeri Ayodhya, 3 bersaudara, Anjani, Guwarsa dan Guwarsi bertengkar memperebutkan Cupu Manik yang memuat rahasia keabadian dunia. Ayah mereka, Rsi Gotama, kemudian melemparkan cupu itu sejauh2nya. Di udara, cupu terpisah dari tutupnya.
Cupu jatuh di hutan Ayodhya mjd Telaga Nirmala, sementara tutupnya jatuh di Alengka mjd Telaga Sumala. Anjani, Guwarsa dan Guwarsi yg mengejar cupu itu, mengira cupu jatuh ke telaga. Guwarsa dan Guwarsi menyelam, sementara Anjani yang lelah hanya membasuh wajah, kaki dan tangan.
Guwarsa dan Guwarsi, begitu tercebur kedalam telaga, berubah menjadi kera, dan Anjani tumbuh bulu2 kera di wajah, tangan dan kaki yang terkena air telaga.
Sejak jaman dahulu kala orang sudah bertanya2, mengapa ada kejahatan dan penderitaan di dunia..
..padahal dunia ini ada dalam pengawasan dan perlindungan Tuhan yang maha pengasih lagi penyayang. Berbagai argumenpun telah disampaikan, diantaranya karena terjerumus godaan setan, karena takdir, karena evolusi kesadaran, dan mungkin banyak lagi argumen lainnya.
Apapun sebabnya, kenyataannya kejahatan eksis. Ada orang yang memenggal leher manusia lain untuk alasan missi yang suci. Ada pegusaha yang tega hidup bermewah2 dengan menipu dan menggelapkan dana orang2 yang hendak beribadah.
Ada proyek yang sengaja dibuat agar anggarannya yang bernilai trilyunan bisa dikorupsi beramai2. Ada orang yang sukarela memelihara dendam dan kebencian dalam hatinya. Mengapa kegelapan dan kejahatan bisa menjadi begitu pekat, gelap gulita menutupi nurani manusia ?
Weda menyatakan, unsur utama dalam proses pembentukan semesta adalah dua azas yang sangat sukma, gaib dan abadi yaitu Cetana dan Acetana yang juga disebut sebagai sebab mula terciptanya segala yang ada (causa prima). Cetana merupakan asas roh yang menjadi jiwa semesta..
..sifatnya murni dan selalu sadar (consciusness) sedangkan Acetana merupakan asas materi dari alam semesta yang sifatnya tidak sadar dan serba lupa (unconsciusness). Pertemuan Cetana dan Acetana menciptakan Purusa dan Pradana yang merupakan sumber roh dan materi.
Pertemuan Purusa dan Pradana menghasilkan Citta dan Guna. Citta adalah pikiran, ingatan. Guna adalah sifat. Guna ada 3 disebut tri guna (3 sifat yaitu satwam, rajas dan tamas). Tri guna inilah yang mengikat, menarik dan kerapkali menguasai, mengendalikan kesadaran.
Dalam Bhagavad Gita XII. 5 disebutkan : sattvaṁ rajas tama iti guṇāḥ prakŗtisaṁbhavāh mbadhanti mahābāho dehe dehinam avyayam (Sattva, rajas, tamas ini adl guna yang lahir dari prakerti wahai yg berlengan perkasa, yang mengikat penghuni badan yang kekal itu dengan eratnya).
Selanjutnya Bhagawad Gita menjelaskan sebagai berikut : Rajo rāgātmakaṁ viddhi tŗṣnā-saṅga-samudbhavam tan nibadhnāti kaunteya karma-saṅgena dehinan Tamas tu ajnāna-jaṁ viddhi mohanaṁ sarva-dehinām pramadālasya-nidrābhis tan nibadhnāh bharata
Sattvam sukhe sanjayati Rajah karmani bharata Jnanam āvŗtya tu tamah Premade sanjayaty uta (BG. XIV 7-9) (Ketahuilah wahai arjuna, rajas bersumber pada nafsu yang lahir dari keinginan yang mengikat penghuni badan ini untuk melakukan kegiatan kerja.
Ketahuilah, sifat tamas sesungguhnya lahir dr kebodohan yang membingungkan semua perwujudan dan mengikatnya dengan ketidaktahuan.
Sattva mengikat seseorang pada kebahagiaan, rajas pada kegiatan kerja, sementara tamas menyelubungi pengetahuan dan mengikat pada kekurangwaspadaan).
Karena tersusun atas unsur yang mengandung sifat tri guna, manusia memang dari sananya sudah memiliki kecenderungan untuk bersikap sesuai tarikan 3 sifat itu. Jawaban filsafat Hindu atas pertanyaan diatas, dengan demikian adalah bahwa kejahatan - sebagaimana kebaikan - muncul karena sifat alami manusia sesuai sifat materi penyusunnya. Tidak ada pengaruh setan, pun bukan karena digariskan Tuhan. Sifat manusia sepenuhnya ditentukan oleh faktor dominan tri guna dalam dirinya. Sifat mana yang paling dominan, ditentukan oleh evolusi kesadaran.. yang diasah, dibentuk, disempurnakan melalui ribuan bahkan jutaan kali kelahiran ulang (reinkarnasi). Kejahatan adalah representasi dari ketidaktahuan (avidya), kegelapan, tindakan dibawah pengaruh sifat tamas. Dalam evolusi kesadaran Wisrawa dan Sukesi, ini adalah sifat Rahwana.
Nafsu, dorongan kerja, keragu2an adl representasi sikap yg dipengaruhi sifat rajas. Dlm evolusi kesadaran Wisrawa & Sukesi ini adl Sarpakanaka dan Kumbakarna. Sikap tenang, bijaksana adl sikap yang dikendalikan sifat satwam. Dlm evolusi kesadaran Sukesi & Wisrawa, ini Wibisana.
Bagaimanapun, evolusi kesadaran adalah proses panjang sepanjang umur semesta raya. Ada kalanya seseorang telah mencapai titik tertentu tp terpeleset dan jatuh, sehingga harus merangkak lagi dengan bersusah payah. Anjani, Guwarsa dan Guwarsi sejatinya telah mencapai kesempurnaan.. ..dalam wujud manusia, tetapi nafsunya memperebutkan cupu manik yang bukan haknya mendegradasi mereka menjadi kera. Dalam proses evolusi itu pula, itihasa mengingatkan bahwa godaan sifat tamas tidak pernah sirna. Itulah Rahwana yang menguasai aji Pancasona. Ia tak bisa mati.
Ia hanya terpenjara dibawah Gunung Muliawan yg ditimpakan oleh Hanoman tepat saat panah sakti Gowawijaya yang dilepaskan Ramadewa merenggut kekuatannya untuk sesaat.
Maka satu2nya cara memenjarakan sifat tamas, ketamakan, kegelapan dan kejahatan adalah menimpanya dengan.. ..kemuliaan yang oleh itihasa dilambangkan sbg Gunung Muliawan itu. Mereka yang tak memiliki Gunung Muliawan dalam hatinya, akan dikuasai sifat tamas dari tri guna dan dengan itu mereka bertindak mewakili Rahwana menyebarkan kejahatan, kegelapan, kesedihan di dunia.
Dewi Sukesi mengandung anak Wisrawa, Rsi agung yg mencuri cinta anaknya, Prabu Danareja dari negeri Lokapala. Rsi Wisrawa sejatinya ke Alengka bertamu ke istana Prabu Somali, sahabat lamanya dikala muda, untuk meminang Dewi Sukesi demi anaknya semata.
Tetapi sang Rsi terhanyut oleh keinginan Dewi Sukesi akan keillahian yang bukan miliknya, sehingga mereka berdua terjerumus kedalam dosa. Dosa itulah yang ada dalam kandungan Dewi Sukesi, yang kemudian lahir dalam bentuk darah, kuku dan daun telinga.
Darah itu tumbuh mjd Rahwana yang jahat, kuku menjelma mjd Sarpakanaka yang penuh nafsu, dan daun telinga mjd Kumbakarna yang selalu tidur. Kelak, ketika Sukesi & Wisrawa menyesali dosa2nya dan kembali pd kebajikan, mereka melahirkan seorang anak yang bijak dan tampan, Wibisana.
Disaat yang hampir bersamaan, di negeri Ayodhya, 3 bersaudara, Anjani, Guwarsa dan Guwarsi bertengkar memperebutkan Cupu Manik yang memuat rahasia keabadian dunia. Ayah mereka, Rsi Gotama, kemudian melemparkan cupu itu sejauh2nya. Di udara, cupu terpisah dari tutupnya.
Cupu jatuh di hutan Ayodhya mjd Telaga Nirmala, sementara tutupnya jatuh di Alengka mjd Telaga Sumala. Anjani, Guwarsa dan Guwarsi yg mengejar cupu itu, mengira cupu jatuh ke telaga. Guwarsa dan Guwarsi menyelam, sementara Anjani yang lelah hanya membasuh wajah, kaki dan tangan.
Guwarsa dan Guwarsi, begitu tercebur kedalam telaga, berubah menjadi kera, dan Anjani tumbuh bulu2 kera di wajah, tangan dan kaki yang terkena air telaga.
Sejak jaman dahulu kala orang sudah bertanya2, mengapa ada kejahatan dan penderitaan di dunia..
..padahal dunia ini ada dalam pengawasan dan perlindungan Tuhan yang maha pengasih lagi penyayang. Berbagai argumenpun telah disampaikan, diantaranya karena terjerumus godaan setan, karena takdir, karena evolusi kesadaran, dan mungkin banyak lagi argumen lainnya.
Apapun sebabnya, kenyataannya kejahatan eksis. Ada orang yang memenggal leher manusia lain untuk alasan missi yang suci. Ada pegusaha yang tega hidup bermewah2 dengan menipu dan menggelapkan dana orang2 yang hendak beribadah.
Ada proyek yang sengaja dibuat agar anggarannya yang bernilai trilyunan bisa dikorupsi beramai2. Ada orang yang sukarela memelihara dendam dan kebencian dalam hatinya. Mengapa kegelapan dan kejahatan bisa menjadi begitu pekat, gelap gulita menutupi nurani manusia ?
Weda menyatakan, unsur utama dalam proses pembentukan semesta adalah dua azas yang sangat sukma, gaib dan abadi yaitu Cetana dan Acetana yang juga disebut sebagai sebab mula terciptanya segala yang ada (causa prima). Cetana merupakan asas roh yang menjadi jiwa semesta..
..sifatnya murni dan selalu sadar (consciusness) sedangkan Acetana merupakan asas materi dari alam semesta yang sifatnya tidak sadar dan serba lupa (unconsciusness). Pertemuan Cetana dan Acetana menciptakan Purusa dan Pradana yang merupakan sumber roh dan materi.
Pertemuan Purusa dan Pradana menghasilkan Citta dan Guna. Citta adalah pikiran, ingatan. Guna adalah sifat. Guna ada 3 disebut tri guna (3 sifat yaitu satwam, rajas dan tamas). Tri guna inilah yang mengikat, menarik dan kerapkali menguasai, mengendalikan kesadaran.
Dalam Bhagavad Gita XII. 5 disebutkan : sattvaṁ rajas tama iti guṇāḥ prakŗtisaṁbhavāh mbadhanti mahābāho dehe dehinam avyayam (Sattva, rajas, tamas ini adl guna yang lahir dari prakerti wahai yg berlengan perkasa, yang mengikat penghuni badan yang kekal itu dengan eratnya).
Selanjutnya Bhagawad Gita menjelaskan sebagai berikut : Rajo rāgātmakaṁ viddhi tŗṣnā-saṅga-samudbhavam tan nibadhnāti kaunteya karma-saṅgena dehinan Tamas tu ajnāna-jaṁ viddhi mohanaṁ sarva-dehinām pramadālasya-nidrābhis tan nibadhnāh bharata
Sattvam sukhe sanjayati Rajah karmani bharata Jnanam āvŗtya tu tamah Premade sanjayaty uta (BG. XIV 7-9) (Ketahuilah wahai arjuna, rajas bersumber pada nafsu yang lahir dari keinginan yang mengikat penghuni badan ini untuk melakukan kegiatan kerja.
Ketahuilah, sifat tamas sesungguhnya lahir dr kebodohan yang membingungkan semua perwujudan dan mengikatnya dengan ketidaktahuan.
Sattva mengikat seseorang pada kebahagiaan, rajas pada kegiatan kerja, sementara tamas menyelubungi pengetahuan dan mengikat pada kekurangwaspadaan).
Karena tersusun atas unsur yang mengandung sifat tri guna, manusia memang dari sananya sudah memiliki kecenderungan untuk bersikap sesuai tarikan 3 sifat itu. Jawaban filsafat Hindu atas pertanyaan diatas, dengan demikian adalah bahwa kejahatan - sebagaimana kebaikan - muncul karena sifat alami manusia sesuai sifat materi penyusunnya. Tidak ada pengaruh setan, pun bukan karena digariskan Tuhan. Sifat manusia sepenuhnya ditentukan oleh faktor dominan tri guna dalam dirinya. Sifat mana yang paling dominan, ditentukan oleh evolusi kesadaran.. yang diasah, dibentuk, disempurnakan melalui ribuan bahkan jutaan kali kelahiran ulang (reinkarnasi). Kejahatan adalah representasi dari ketidaktahuan (avidya), kegelapan, tindakan dibawah pengaruh sifat tamas. Dalam evolusi kesadaran Wisrawa dan Sukesi, ini adalah sifat Rahwana.
Nafsu, dorongan kerja, keragu2an adl representasi sikap yg dipengaruhi sifat rajas. Dlm evolusi kesadaran Wisrawa & Sukesi ini adl Sarpakanaka dan Kumbakarna. Sikap tenang, bijaksana adl sikap yang dikendalikan sifat satwam. Dlm evolusi kesadaran Sukesi & Wisrawa, ini Wibisana.
Bagaimanapun, evolusi kesadaran adalah proses panjang sepanjang umur semesta raya. Ada kalanya seseorang telah mencapai titik tertentu tp terpeleset dan jatuh, sehingga harus merangkak lagi dengan bersusah payah. Anjani, Guwarsa dan Guwarsi sejatinya telah mencapai kesempurnaan.. ..dalam wujud manusia, tetapi nafsunya memperebutkan cupu manik yang bukan haknya mendegradasi mereka menjadi kera. Dalam proses evolusi itu pula, itihasa mengingatkan bahwa godaan sifat tamas tidak pernah sirna. Itulah Rahwana yang menguasai aji Pancasona. Ia tak bisa mati.
Ia hanya terpenjara dibawah Gunung Muliawan yg ditimpakan oleh Hanoman tepat saat panah sakti Gowawijaya yang dilepaskan Ramadewa merenggut kekuatannya untuk sesaat.
Maka satu2nya cara memenjarakan sifat tamas, ketamakan, kegelapan dan kejahatan adalah menimpanya dengan.. ..kemuliaan yang oleh itihasa dilambangkan sbg Gunung Muliawan itu. Mereka yang tak memiliki Gunung Muliawan dalam hatinya, akan dikuasai sifat tamas dari tri guna dan dengan itu mereka bertindak mewakili Rahwana menyebarkan kejahatan, kegelapan, kesedihan di dunia.
Subscribe to:
Posts (Atom)